Pesanan Merosot Dimasa Pandemi COVID-19
Pengerajin kolang-kaling di Langkat sedang memisahkan isi dan kulit buah |
LPC-ONLINE.COM- Langkat, Pandemi Covid-19 masih menghantui seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, wabah yang belum ditemukan obatnya ini membuat perekonomian jauh merosot. Dampak merosotnya ekonomi dirasakan hampir semua lapisan, khusunya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Salah satu UMKM yang terdampak wabah Covid-19, yakni pengolahan buah kolang-kaling yang ada di Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat. Usaha ini harus bertahan di tengagh terpaan ekonomi yang tak kunjung stabil akibat Covid-19.
Untuk mengetahui lebih jauh seperti apa nasib pengusaha kolang-kaling dimasa pandemi, wartawan LPC-ONLINE.COM menyambang kediaman Ade, salah satu pengolahan kolang-kaling di Desa Sei Limbat, Kecamatan Selesai, Langkat.
Menrut Ade, belakangan permintaan menurun. Hanya saja, kata Ade, kolang-kaling masih menjadi buruan masyarakat terlebih menjelang Hari Raya Idul Fitri. “Kalau sebelum Covid-19 mewabah, biasanya dihari-hari besar kami bisa mengolah sampai 10 ton bahkan lebih dalam sehari. Namun, dimasa pandemic Covid-19 pengolahan kolang-kaling menurun menjadi 5 ton,” ucapnya.
Ade menjelaskan, sebelum menjadi kolang-kaling, ada beberapa proses yang meski dilalui. Salah satunya memanen buah yang dihasilkan dari Pohon Aren. Di sini perlu kelihaian dalam memilih buah yang akan dipanen. Karena jika salah, makan hasil kolang-kaling yang diolah nantinya tidak maksimal.
"Dari awal panen buah aren ini kita juga harus melihat mana yang bisa dipanen dan mana buah yang belum bisa dipanen. Sebenarnya sih bukan keahlian, tapi kelihaian kita saja untuk memilih buah aren. Karena jika tidak tepat memilih atau memanennya. Bisa-bisa kolang kaling yang diproses hasilnya tidak baik," kata dia.
Biasanya, lanjut Ade, untuk buah yang bisa dipanen harus benar-benar masak. Itu bisa dilihat dari warnanya. Buah aren yang sudah bisa dipanen memiliki warna hijau tua atau agak kekuning-kuningan. Pemilihan buah aren ini adalah titik awal penentu agar dapat menghasilkan kolang-kaling yang baik.
"Setelah dipanen, baru kita masuk proses pemanggangan atau pembakaran buah aren tadi. Pemanggangan buah ini dimaksud untuk menjadikan buah tidak hancur saat dikupas. Karena sebelum dipanggang, buah akan hancur atau tidak kenyal," terang dia.
Setelah itulah, terangnya, baru buah aren tadi dikupas atau pemisahan kulit aren dengan isi buah yang dinamai kolang kaling. "Di sini kita sisihkan mana kolang kali yang bagus hasilnya dan mana yang tidak. Lalu kita cuci dan direndam dalam air hingga kolang-kaling siap untuk dipasarkan," jelas dia.
Ade membeberkan, kolang-kaling yang diolahnya akan diambil penampung dan dipasarkan di dalam maupun luar kota. Seperti di Kota Medan, Deliserdang, Banda Aceh, Batam dan daerah lainnya. "Tak jarang juga kolang-kaling diambil agen untuk dipasarkan hingga ke pulau Jawa dan daerah lain di Indonesia," sebutnya.
Bahkan untuk beberapa tahun belakangan ini, timpal dia, kolang-kaling yang diproduksinya sudah tembus ke pasar manca negara yakni di pasar Malaysia. "Sudah beberapa tahun ini memang kolang-kaling kita dikirim ke Malaysia. Bahkan pesanan dari sana juga cukup tinggi dan kita tengah menjajaki pasar di beberapa negara tetangga lainya," bebernya.
Untuk saat ini, Ade dan beberapa pengerajin kolang-kaling lainnya berharap agar pandemi Covid-19 cepat berlalu. Sehingga pangsa pasar kembali normal dan pekerja yang telah diberhentikan dapat dipekerjakan kembali.
“Penjualan yang kini kian merosot membuat kita terpaksa merumahkan sejumkah pekerja. Mudah-mudahan kondisi ekonomi pulih dan bisa mempekerjakan anggota yang sebelumnya sudah kita rumahkan,” harapnya. (lp05)
Social Header