Bus Trans Binjai yang saat ini terkesan hidup segan mati tak mau. (lpc-online/red) |
BINJAI, LPC-ONLINE | Pada 2017 lalu, Pemerintah Kota (Pemko) Binjai menyediakan transportasi umum yang diberi nama Bus Trans Binjai.
Dengan transportasi ini, Pemko Binjai berharap dapat memudahkan aktivitas masyarakat hingga ke tingkat kelurahan, mengurangi volume kendaraan, serta meningkatkan perekonomian.
Namun, setelah Bus Trans Binjai beroperasi, apa yang direncanakan terlihat tak sesuai harapan. Setelah 5 tahun berlalu, bus andalan Pemko Binjai ini pun terkesan hidup segan mati tak mau.
Bus yang bergerak dari halte ke halte ini selalu terlihat kosong. Meski di kaca depan sudah tertulis bus gratis, tetapi tetap tidak terlihat adanya peminat dari masyarakat, baik kalangan pelajar maupun masyarakat umum lainnya.
Alih-alih untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), minimnya peminat Bus Trans Binjai setidaknya menjadi beban bagi keuangan Pemko Binjai. Dimana biaya operasional terus dikeluarkan, mulai dari minyak, gaji sopir dan kernet, serta perawatan bus.
Meski berjalan tanpa hasil, Pemko Binjai masih mempertahankan bus andalan tersebut. Hanya saja, mobilitas bus terpantau berkurang dari tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, halte yang tersebar di setiap kecamatan juga tidak terawat. Sebagian halte diselimuti rumput liar, dijadikan tempat berdagang, dan sebagian lainnya mengalami kerusakan.
Lantas bagaimana upaya Pemko Binjai agar bus tersebut tidak terus menerus menjadi beban keuangan? Apakah bus ini nantinya ditutup seperti yang akan diberlakukan kepada Bus Perintis?
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Binjai Chairin Simanjuntak, Selasa (14/6), tidak menepis dengan minimnya peminat Bus Trans Binjai.
Chairin mengakui, saat ini pihaknya masih melakukan evaluasi untuk dapat menentukan kebijakan yang akan diambil. "Yang saya lihat, bus ini kurang peminat karena faktor lambat. Sementara rata-rata orang mau cepat," ujar Chairin.
Dijelaskannya, setiap bus sudah ada jamnya untuk bergerak dari halte ke halte. Sementara, penumpang sudah harus sampai di tempat dalam waktu cepat. "Karena waktu bus dan waktu penumpang tidak ketemu, alhasil bus ditinggal. Makanya sampai sekarang kurang diminati," ungkapnya.
Untuk saat ini, sebut Chairin, Bus Trans Binjai dioperasikan untuk mengangkut rombongan pelajar. "Misalnya ada anak-anak mau wisuda di GOR. Pihak terkait ajukan permohonan bus, kemudian kita tindak lanjuti secara gratis," bebernya.
Disinggung Bus Trans Binjai lebih tepat dijadikan bus sekolah, Chairin tampak pesimis dengan hal tersebut. "Persoalannya untuk anak sekolah, para orang tua lebih memilih antar jemput atau memberi anaknya sepedamotor," tuturnya.
"Yang pasti ini masih kami evaluasi. Jika ini lanjut tanpa hasil, sudah jelas menjadi beban keuangan. Kalau kita tutup, bagaimana dengan pekerjanya. Kita harus pikirkan juga itu, mau kerja kemana lagi mereka dimasa sulit ini," ucapnya. (lp05)
Social Header